Gambar Sampul IPS · Bab II Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
IPS · Bab II Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Endar

24/08/2021 14:06:22

SMP 9 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

IPS SMP Kelas IX

35

Usaha

mempertahankan

kemerdekaan

Indonesia

Perjuangan

mempertahankan

kemerdekaan

Penyebab konflik Indonesia–

Belanda setelah proklamasi

kemerdekaan

Peran dunia internasional

dalam meredakan konflik

Perjuangan bersenjata untuk

mempertahankan

kemerdekaan

Diplomasi mempertahankan

kemerdekaan

Kondisi Indonesia

pasca pengakuan

kedaulatan

Proses kembalinya Indonesia

sebagai negara kesatuan

Perekonomian pasca

pengakuan kedaulatan

Pemilu 1955

Dekrit presiden 5 Juli 1959

Gangguan keamanan dalam

negeri

36

IPS SMP Kelas IX

Sumber:

Agresi Militer Belanda,

halaman 99

▲▲

▲▲

Gambar 2.1

Agresi militer Belanda.

Setelah mengalami perjuangan berat, pada

akhirnya bangsa Indonesia mencapai cita-cita

kemerdekaan. Meskipun demikian, agenda besar telah

menanti bangsa Indonesia untuk menyelesaikan

berbagai masalah. Di tengah-tengah usaha pemerintah

Indonesia untuk menata kehidupan bangsa, Belanda

terus mencoba berbagai cara agar dapat kembali

menjajah bumi pertiwi. Hal ini terlihat jelas dari usaha

Belanda melakukan agresi militer yang mereka sebut

sebagai tindakan polisionil. Agresi militer merupakan

salah satu contoh tindakan Belanda untuk kembali

berkuasa di Indonesia.

1. Menjelaskan usaha

perjuangan

mempertahankan

kemerdekaan Indonesia.

2. Mendeskripsikan

peristiwa-peristiwa politik

dan ekonomi Indonesia

pasca pengakuan

kedaulatan.

•NICA

• agresi militer

• diplomasi

• pengakuan kedaulatan

• Pemilu 1955

• Dekrit Presiden 5 Juli 1959

IPS SMP Kelas IX

37

A. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan

Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 adalah buah

perjuangan selama berabad-abad. Akan tetapi, setelah proklamasi

kemerdekaan bukan berarti perjuangan telah selesai. Yang terjadi

justru sebaliknya, Indonesia bahkan harus berhadapan dengan

Belanda dalam upaya mempertahankan kedaulatan bangsa.

1. Penyebab Konflik Indonesia-Belanda setelah Proklamasi

Kemerdekaan

Belanda tidak mengakui proklamasi kemerdekaan Indonesia

17 Agustus 1945. Belanda tetap berusaha mempertahankan kekuasaan-

nya. Akibatnya, terjadilah konflik Indonesia-Belanda pada awal

kemerdekaan. Terjadinya konflik Indonesia-Belanda antara lain

disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini.

a. Keinginan Belanda untuk Berkuasa Kembali di Indonesia

Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada tanggal

15 Agustus 1945, Belanda bersiap-siap untuk kembali ke bekas

jajahannya sebagai penguasa. Sebenarnya Belanda telah kehilangan

haknya atas wilayah Indonesia. Pada tanggal 9 Maret 1942 di

Kalijati, pemerintah Hindia Belanda telah menandatangani

dokumen menyerah tanpa syarat kepada bala tentara Jepang. Di

atas sepotong kertas, Belanda ”menyerahkan” seluruh wilayah

Hindia Belanda (Indonesia) kepada Jepang.

b. Adanya Dukungan Tentara Sekutu terhadap Belanda

Pada tanggal 24 Agustus 1945 Belanda

dan Inggris (atas nama Sekutu) menanda-

tangani

Civil Affairs Agreement

(CAA)

yang isinya dituangkan dalam ”Nota tanggal

24 Agustus 1945”. Butir terpenting

dalam

perjanjian ini adalah penyerahan wi-

layah Indonesia yang telah ”dibersihkan”

dari tentara Jepang oleh Inggris kepada

Belanda melalui

Netherlands Indies Civil

Administration (NICA)

.

Pada tanggal 29 September 1945 pasukan Sekutu mendarat di

Indonesia. Mereka bertugas melucuti tentara Jepang dan menerima

penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang. Tugas ini dilaksanakan

oleh komando pertahanan Sekutu di Asia Tenggara di bawah

pimpinan Lord Lous Mountbatten. Untuk melaksanakan tugas

itu, Mountbatten membentuk suatu komando khusus yang diberi

nama

Allied Forces Netherland East Indies

(AFNEI) di bawah

pimpinan Letnan Jenderal Sir Philip Christison. Pada mulanya

Sumber:

Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia

▲▲

▲▲

Gambar 2.2

Kedatangan tentara AFNEI.

38

IPS SMP Kelas IX

kedatangan Sekutu disambut baik oleh bangsa Indonesia. Akan

tetapi, setelah diketahui bahwa kedatangan Sekutu diboncengi

NICA, bangsa Indonesia pun mulai melakukan perlawanan.

c. Keinginan Bangsa Indonesia untuk Mempertahankan

Kemerdekaan

Pada tanggal 17 Agustus 1945 para pemimpin bangsa

Indonesia menyatakan kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal

18 Agustus 1945 Ir. Soekarno dipilih sebagai presiden dan

Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden. Mereka kemudian mem-

bentuk kabinet yang menjadi pemerintah Republik Indonesia. Juga

ditunjuk para gubernur yang mengepalai beberapa provinsi.

Dengan demikian, tiga syarat pembentukan suatu negara telah

terpenuhi, yaitu adanya wilayah, penduduk, dan pemerintahan.

Oleh karena itu, seluruh bangsa Indonesia berusaha untuk mem-

pertahankan negara Indonesia yang telah sah berdiri.

2. Peran Dunia Internasional dalam Meredakan Konflik

Konflik Indonesia-Belanda ternyata mendapat perhatian dari dunia

internasional. Berikut ini peran dunia internasional dalam meredakan

konflik Indonesia-Belanda.

a. Australia

Pada mulanya, Australia membantu Belanda menduduki

wilayah-wilayah Indonesia. Pada waktu tentara Belanda masih

lemah, Sekutu menyerahkan wewenang atas Kalimantan dan

kepulauan di bagian timur Indonesia kepada Australia.

Selanjutnya, pada tanggal 13 Juli 1946 Australia secara resmi

”menyerahkan” seluruh wilayah Indonesia bagian timur kepada

Belanda.

Meskipun pada awalnya Australia

berada di belakang Belanda, tetapi dalam

perkembangannya, Australia memberi

dukungan kepada Indonesia. Bersama

dengan Belgia dan Amerika Serikat

melalui Komisi Tiga Negara (KTN),

Australia menjadi wakil Indonesia dalam

perundingan RI dengan Belanda. Pe-

rundingan antara RI dan Belanda dengan

perantara KTN terjadi dalam perunding-

an Renville.

Sumber:

30 Tahun Indonesia Merdeka,

halaman 157

▲▲

▲▲

Gambar 2.3

Australia menjadi wakil Indonesia dalam Komisi

Tiga Negara.

IPS SMP Kelas IX

39

b. Inggris

Pada tanggal 1 September 1945 Dr. Hubertus

Johannes van Mook (mantan Wakil Gubernur Jenderal

di Hindia Belanda) bersama Dr. Charles Olke van der

Plas (mantan Gubernur Jenderal wilayah Timur),

menemui Mountbatten di Sri Lanka. Mereka mendesak

Inggris melaksanakan persetujuan

Civil Affairs

Agreement

(CAA). Mountbatten pun mengeluarkan

perintah tertanggal 2 September 1945 yang menyatakan

secara jelas maksud Inggris untuk mengembalikan

koloni Indonesia kepada Belanda dan mempertahankan

status quo

yang ada sebelum invasi Jepang.

Meskipun pada awalnya Inggris membantu Belanda,

tetapi dalam perkembangannya Inggris bersikap netral.

Inggris memberi andil dalam upaya perdamaian

Indonesia-Belanda. Inggris sebagai wakil Sekutu di

Indonesia berhasil mempertemukan Indonesia dan

Belanda dalam Perundingan Linggajati.

c. Negara-Negara Arab

Konsul Jenderal Mesir di Bombay, Mohammad Abdul

Maunin, dengan pesawat khusus datang ke Yogyakarta pada

tanggal 14 Maret 1947. Beliau menyampaikan keputusan Liga

Arab yang mengakui kemerdekaan RI. Selanjutnya, secara berturut-

turut pengakuan kemerdekaan diperoleh dari Mesir, Lebanon,

Siria, Afganistan, Arab Saudi, dan Irak.

d. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

PBB memiliki andil besar dalam upaya menengahi konflik

Indonesia-Belanda. PBB membentuk Komisi Jasa Baik yang

anggotanya terdiri atas Australia, Belgia, dan Amerika Serikat.

Komisi Jasa Baik berunding di atas kapal Renville pada tanggal

8 Desember 1947 hingga 19 Januari 1948.

PBB kembali menunjukkan perannya ketika Belanda

melakukan Agresi Militer II. PBB mengeluarkan Resolusi Dewan

Keamanan tanggal 28 Januari 1949 untuk mendesak Belanda meng-

akhiri operasi militer serta membebaskan presiden dan wakil

presiden yang ditawan Belanda.

Berkat peranan PBB pula Indonesia memperoleh pengakuan

kedaulatan yang menandai berakhirnya revolusi bersenjata antara

Indonesia-Belanda. Secara

de jure

, Belanda pada akhirnya meng-

akui kemerdekaan Indonesia, meskipun dalam bentuk Republik

Indonesia Serikat (RIS).

Sumber:

30 Tahun Indonesia

Merdeka 1945–1949

▲▲

▲▲

Gambar 2.4

van Mook

40

IPS SMP Kelas IX

3. Perjuangan Bersenjata untuk Mempertahankan

Kemerdekaan

Belanda berusaha menanamkan kekuasaannya kembali di bumi

Indonesia. Bangsa Indonesia pun berusaha mempertahankan

kemerdekaannya. Perlawanan terhadap kekuasaan asing terjadi di

berbagai daerah. Pemerintah Indonesia mengirim pasukan ke

Indonesia bagian timur. Dari Tegal dikirim kapal Semeru di bawah

pimpinan Mulyadi dan kapal Sindoro di bawah pimpinan Ibrahim

Saleh serta Yos Sudarso. Kapal-kapal tersebut menuju Maluku pada

tanggal 3 Maret 1946. Rombongan Mulyadi berhasil kembali ke Jawa,

rombongan Yos Sudarso tenggelam bersama kapalnya di perairan

Maluku.

Di wilayah Bali dikirim pasukan dari Banyuwangi untuk mem-

bantu Resimen Ciung Wanara pimpinan Letkol I Gusti Ngurah Rai.

Pasukan ini melawan Belanda sampai darah penghabisan di

Margarana. Peristiwa ini selanjutnya dikenal sebagai

Puputan

Margarana

.

Perlawanan rakyat Sulawesi terhadap

kekuasaan Belanda menyebabkan Kapten

Westerling secara kejam menindas rakyat

yang menimbulkan 40.000 korban jiwa pada

bulan Desember 1946. Selain pertempuran-

pertempuran tersebut, di berbagai daerah

terjadi peristiwa heroik seperti pertempuran

Surabaya 10 November 1945, Bandung

Lautan Api, Pertempuran Yogyakarta, Palagan

Ambarawa, dan Peristiwa Medan Area.

Perlawanan yang terjadi di berbagai

daerah tidak memadamkan keinginan Bel

anda

untuk menguasai Indonesia. Belanda pun

mengadakan aksi polisionil dalam usaha

membersihkan daerahnya dari kaum

ekstremis. RI beranggapan bahwa tindakan

Belanda itu merupakan aksi militer karena

dilakukan oleh militer. Dapat pula dikatakan

sebagai agresi yang berarti serangan atas

daerah RI yang telah diakui oleh Inggris

maupun Belanda berdasarkan Perjanjian

Linggajati. Belanda melaksanakan dua kali

agresi yang menandakan ambisinya untuk

kembali menguasai wilayah Indonesia.

Sumber:

Sekitar Perang Kemerdekaan

▲▲

▲▲

Gambar 2.5

Pertempuran Surabaya

Sumber:

Agresi Militer Belanda,

halaman 92

▲▲

▲▲

Gambar 2.6

Agresi militer Belanda.

IPS SMP Kelas IX

41

Bangsa Indonesia berusaha mempertahankan kemerdekaan hingga terjadi

pertempuran di berbagai daerah. Pertempuran-pertempuran tersebut misalnya

pertempuran 10 November, Bandung Lautan Api, Medan Area, pertempuran

Ambarawa, dan pertempuran-pertempuran lain di berbagai daerah. Bersama

dengan teman sebangkumu cobalah mencari informasi tentang pertempuran-

pertempuran tersebut. Tulis hasilnya dalam bentuk rangkuman dan bacakan

hasilnya di depan kelas.

4. Diplomasi Mempertahankan Kemerdekaan

Selain melakukan perjuangan fisik, pemerintah Indonesia juga

menempuh cara diplomasi untuk menghindari korban yang besar dan

untuk memperoleh pengakuan internasional. Diplomasi yang

ditempuh oleh pemerintah Indonesia antara lain melalui pertemuan

Hoge Veluwe, Perundingan Linggajati, Perundingan Renville,

Persetujuan Roem-Royen, dan Konferensi Meja Bundar.

a. Pertemuan Hoge Veluwe

Pertemuan Hoge Veluwe di Belanda pada bulan April 1946

terlaksana dengan perantaraan diplomat Inggris, yaitu Sir

Archibald Clark Keer. Dalam pertemuan tersebut, delegasi

Indonesia terdiri atas Mr. Suwandi, Dr. Sudarsono, dan

Mr. A.K. Pringgodigdo. Belanda diwakili oleh Dr. H.J. van Mook.

Namun, pertemuan ini tidak memberikan hasil karena Belanda

menolak untuk mengakui secara

de facto

wilayah RI yang terdiri

atas Jawa, Madura, dan Sumatra. Belanda menyodorkan ikatan

kenegaraan dengan RI sebagai bagian suatu federasi. Oleh karena

belum diperoleh kesepakatan, Indonesia dan Belanda kembali

merencanakan perundingan.

b. Perundingan Linggajati

Dengan perantaraan diplomat Inggris,

yaitu Lord Killearn, diadakan pertemuan

di Istana Negara dan Pegangsaan Timur

56 antara Indonesia yang diwakili oleh

Sutan Sjahrir dengan Belanda di bawah

Prof. Schermerhorn. Selanjutnya, perun-

dingan dilanjutkan di Linggajati (daerah

pegunungan di Cirebon). Perundingan di

Linggajati ini mencapai persetujuan

antara lain Belanda mengakui secara

de

facto

RI yang terdiri atas Jawa, Madura,

dan Sumatra akan dibentuk negara

Sumber:

Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia

▲▲

▲▲

Gambar 2.7

Perundingan Linggajati.

42

IPS SMP Kelas IX

federal yang dinamakan Republik Indonesia Serikat (RI menjadi

salah satu negara bagiannya) dan dibentuk Uni Indonesia-Belanda

dengan Ratu Belanda sebagai kepala uni.

c. Perundingan Renville

Hasil perundingan Linggajati ternyata sulit terlaksana.

Bahkan, pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan Agresi

Militer I. Akibatnya, Dewan Keamanan PBB mengirimkan komisi

jasa baik yang terdiri atas Australia, Belgia, dan Amerika Serikat

sebagai perantara perundingan. Perundingan kembali dilakukan

di sebuah kapal milik Amerika Serikat, yang bernama USS

Renville.

Delegasi Indonesia diketuai Perdana

Menteri Amir Syarifudin dan Belanda

menempatkan seorang Indonesia ber-

nama R. Abdulkadir Wijoyoatmojo

sebagai ketuanya. Hasil perundingan

Renville antara lain Belanda tetap ber-

daulat sampai terbentuknya RIS, RI

sejajar kedudukannya dengan Belanda,

RI menjadi bagian dari RIS, dan akan

diadakan pemilu untuk membentuk

Konstituante RIS. Selain itu, tentara

Indonesia di daerah Belanda (daerah

kant

ong) harus dipindahkan ke wilayah RI.

d. Perundingan Roem-Royen

Ternyata Belanda melanggar ke-

sepakatan dalam perundingan Renville

dan melancarkan Agresi Militer II tanggal

19 Desember 1948. Oleh karena men-

dapat kecaman dari dunia internasional,

Belanda pun menyetujui diadakannya

perundingan kembali dengan mengirim-

kan van Royen sebagai wakilnya. Re

publik

Indonesia menugaskan Moh. Roem

sebagai utusan. Perundingan bertempat

di Hotel Des Indes pada tanggal 14 April–

7 Mei 1949.

Perundingan Roem-Royen menghasilkan kesepakatan antara

lain penghentian perang gerilya, pemimpin-pemimpin RI

dikembalikan ke Yogyakarta, Belanda akan menyokong RI untuk

menjadi negara bagian RIS dengan memiliki sepertiga suara dalam

perwakilan rakyat, dan kedua belah pihak akan ikut dalam

Konferensi Meja Bundar.

Sumber:

30 Tahun Indonesia Merdeka,

halaman 212–213

▲▲

▲▲

Gambar 2.9

Perundingan Roem-Royen

Sumber:

Album Perang Kemerdekaan,

halaman 175

▲▲

▲▲

Gambar 2.8

Perundingan Renville

IPS SMP Kelas IX

43

e. Konferensi Meja Bundar

Konferensi Meja Bundar dilaksana-

kan di Den Haag, Belanda. Dalam

perundingan tersebut delegasi Belanda

dipimpin oleh van Marseveen. Delegasi

Indonesia dipimpin Drs. Moh. Hatta,

untuk delegasi BFO (forum permusya-

waratan federal yang terdiri atas negara-

negara boneka buatan Belanda) dipimpin

oleh Sultan Hamid II. Sidang berla

ngsung

pada tanggal 23 Agustus–2 November

1949. Kesepakatan yang dicapai dalam

KMB sebagai berikut.

1) Belanda menyerahkan kedaulatannya kepada Indonesia tanpa

syarat dan tidak dapat ditarik kembali paling lambat tanggal

30 Desember 1949.

2) Indonesia berbentuk negara serikat dan merupakan sebuah

uni dengan Belanda.

3) Segala hak dan kewajiban Belanda di Indonesia diterima dan

dibebankan kepada Indonesia.

4) Indonesia dengan Belanda akan mengadakan perjanjian dalam

bidang ekonomi, keuangan, dan kebudayaan.

5) Irian Barat masih merupakan daerah perselisihan dan akan

diselesaikan dalam waktu satu tahun.

Meskipun tidak memuaskan banyak pihak, tetapi itulah hasil

optimal yang dapat diperoleh. Akhirnya, pada tanggal 27 Desember

1949 dilakukan penyerahan kedaulatan dari Belanda kepada RIS.

Pelajari kembali materi di atas dan analisislah hal-hal berikut ini.

1. Apakah pengaruh konflik Indonesia-Belanda terhadap keberadaan Negara

Kesatuan Republik Indonesia?

2. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan Belanda keluar dari wilayah

Indonesia?

Tulis jawabanmu pada selembar kertas dan kumpulkan hasilnya kepada

gurumu untuk dinilai.

B. Kondisi Indonesia Pasca Pengakuan

Kedaulatan

Bentuk negara serikat yang disepakati berdasarkan Konferensi

Meja Bundar, ternyata bukanlah cita-cita bangsa Indonesia. Bangsa

Indonesia pun mulai berbenah diri untuk dapat kembali dalam

pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sumber:

30 Tahun Indonesia Merdeka 1

▲▲

▲▲

Gambar 2.10

Konferensi Meja Bundar

44

IPS SMP Kelas IX

1. Proses Kembalinya Indonesia Sebagai Negara

Kesatuan

Belanda berniat melancarkan politik

devide et impera

dalam

wilayah Indonesia. Setelah melaksanakan agresi militer pertama,

Belanda membagi Indonesia dalam enam negara bagian, yaitu Negara

Indonesia Timur, Negara Sumatra Timur, Negara Sumatra Selatan,

Negara Madura, Negara Jawa Timur, dan Negara Pasundan. Selain

itu, Belanda juga mendirikan sembilan daerah otonom di wilayah

Indonesia.

Setelah mendirikan enam negara boneka dan sembilan daerah

otonom, Belanda membentuk pemerintah federal sementara yang akan

berfungsi sampai terbentuknya Negara Indonesia Serikat (NIS). Dalam

hal ini, RI baru akan diizinkan masuk dalam NIS jika permasalahan

dengan Belanda sudah dapat diatasi.

Selain itu, Belanda berusaha melenyapkan RI dengan melaksana-

kan Agresi Militer II. Belanda berharap jika RI dilenyapkan, Belanda

dapat dengan mudah mengatur negara-negara bonekanya. Akan tetapi,

perhitungan Belanda meleset. Agresi militer Belanda II, menyebabkan

Indonesia mendapatkan simpati dari dunia internasional. Akhirnya,

Belanda harus mengakui kedaulatan Indonesia berdasarkan hasil

Konferensi Meja Bundar.

Pada tanggal 27 Desember 1949 diadakan

penandatanganan pengakuan kedaulatan.

Dengan diakuinya kedaulatan RI oleh

Belanda, Indonesia berubah bentuk menjadi

negara Serikat. Akibatnya, terbentuklah

Republik Indonesia Serikat. Meskipun

demikian, bangsa Indonesia bertekad untuk

mengubah RIS kembali menjadi Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Kurang dari

delapan bulan masa berlakunya, RIS berhasil

dikalahkan oleh semangat persatuan bangsa

Indonesia.

Negara Indonesia Timur (NIT) yang merupakan negara boneka

Belanda pertama, ternyata banyak mengalami kerusuhan. Oleh karena

itu, Presiden NIT yaitu Cokorde Gde Raka Sukawati mengumumkan

keinginan NIT untuk bergabung dengan Indonesia. Keinginan NIT

diikuti oleh negara-negara boneka yang lain.

Selanjutnya, pada tanggal 19 Mei 1950 diadakan konferensi yang

dihadiri oleh wakil-wakil RIS dan RI dengan keputusan inti sebagai

berikut.

a. Kesediaan bersama untuk kembali mewujudkan NKRI.

b. Ada perubahan Konstitusi seperti penghapusan senat, susunan

DPRS baru, kabinet sifatnya parlementer, dan DPA dihapuskan.

Sumber:

30 Tahun Indonesia Merdeka 1945–1949

▲▲

▲▲

Gambar 2.11

Penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan

dari Belanda terhadap RIS.

IPS SMP Kelas IX

45

Selain itu, disepakati pula bahwa Soekarno tetap menjadi presiden

NKRI. Pada tanggal 17 Agustus 1950 bendera Merah Putih dikibarkan

di depan istana bekas gubernur jenderal Belanda yang telah dijadikan

Istana Merdeka. Kedaulatan telah tercapai, tiba saatnya untuk mengisi

kemerdekaan yang telah diproklamasikan sejak tanggal 17 Agustus 1945.

2. Perekonomian Pasca Pengakuan Kedaulatan

Sejak memperoleh pengakuan kedaulatan dari Belanda, bangsa

Indonesia mengalami krisis ekonomi. Hal ini disebabkan oleh

kenyataan bahwa bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi dan

keuangan akibat ketentuan-ketentuan dalam Konferensi Meja Bundar,

situasi politik yang belum stabil, dan adanya kenyataan bahwa

perusahaan swasta besar dan bank pada saat itu masih dikuasai oleh

orang-orang Belanda.

Untuk mengatasi krisis, Kabinet Sukiman

(1951–195) menjalankan kebijakan nasionali-

sasi

De Javasche Bank

menjadi Bank

Indonesia. Nasionalisasi dapat diartikan

sebagai tindakan untuk menjadikan sesuatu

kekayaan milik asing menjadi milik negara.

Kebijakan nasionalisasi

De Javasche Bank

dikeluarkan berdasarkan Undang-Undang

nasionalisasi

De Javasche Bank

Nomor 24

Tahun 1951. Sebelumnya, pemerintah telah

memberhentikan Presiden

De Javasche

Bank

,

Dr. Howink dan mengangkat Mr. Sy

afrudin

Prawiranegara. Nasionalisasi

De Javasche

Bank

melengkapi kepemilikan pemerintah

terhadap bank-bank peninggalan Belanda.

Sejak tahun 1950 bangsa Indonesia mulai meninggal-

kan sistem perekonomian kolonial dan menggantinya

dengan sistem ekonomi nasional. Pelopor perokonomian

nasional adalah Drs. Moh. Hatta yang menyatakan bahwa

ekonomi bangsa Indonesia harus dibangun oleh bangsa

Indonesia sendiri dengan asas gotong royong.

Pemikiran untuk menyusun perekonomian nasional

dilanjutkan oleh Dr. Sumitro Djojohadikusumo. Beliau

menyatakan bahwa dalam alam kemerdekaan perlu diada-

kan kelas pengusaha melalui

Gerakan Benteng.

Pada hakikatnya, Gerakan Benteng merupakan

kebijakan untuk melindungi pengusaha-pengusaha pribumi

karena desakan pengusaha kuat bermodal besar yang berasal

dari golongan nonpribumi. Para pengusaha pribumi men-

dapat lisensi (semacam hak istimewa) dalam dunia bisnis.

Sumber:

www.visualtext.nl

▲▲

▲▲

Gambar 2.12

De Javasche Bank

Sumber:

30 Tahun Indonesia Merdeka

▲▲

▲▲

Gambar 2.13

Dr. Sumitro Djojohadikusumo

46

IPS SMP Kelas IX

Dalam waktu tiga tahun, yaitu pada tahun 1950–1953 telah ada tujuh

ratus pengusaha yang memperoleh kesempatan itu.

Setelah berjalan beberapa tahun ternyata Gerakan Benteng belum

memberikan hasil seperti yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh

kenyataan bahwa kaum pribumi tidak banyak memiliki pengalaman

bisnis, bahkan para pemegang lisensi banyak yang menjual lisensi

yang diperolehnya kepada pengusaha asing terutama Cina.

3. Pemilu 1955

Anggota DPRS yang dipilih dari hasil kompromi antara golongan

unitaris dengan federalis perlu segera diganti melalui pemilu. Selain

itu, UUDS juga perlu untuk diganti karena bersifat sementara. Oleh

karena itu, pemilu dilaksanakan pula guna memilih anggota

konstituante yang bertugas menyusun UUD baru.

Pemilu untuk memilih anggota DPR ditetapkan pada tanggal

29 September 1955. Pemilu untuk memilih anggota konstituante

ditetapkan untuk dilaksanakan pada tanggal 15 Des

ember 1955. Pemilu

berjalan dengan tertib tanpa ada kerusuhan dan bebas dari segala

macam intimidasi. Pemilu pertama ini benar-benar berjalan dengan

demokratis.

Pemilu 1955 diikuti oleh 28 partai dan

beberapa calon perorangan dengan jumlah

pemilih 39 juta orang. Pemilu untuk memilih

anggota DPR hasilnya hampir sama dengan

pemilu untuk memilih anggota konstituante.

Tampil sebagai empat besar pengumpul suara

terbanyak adalah PNI, Masyumi, NU, dan

PKI. Anggota DPR dilantik di Jakarta, sedang-

kan Konstituante dilantik di Bandung.

Selanjutnya, Kabinet Burhanuddin

Harahap (Masyumi) sebagai penyelenggara

pemilu menyerahkan mandatnya kepada

presiden. Kabinet baru di bawah pimpinan

Ali Sastroamidjojo (PNI) pun segera me-

laksanakan tugasnya.

4. Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Menjelang tahun 1959 Indonesia banyak mengalami permasalah-

an. Dalam bidang politik, sering terjadi pergantian kabinet. Rakyat

semakin merasakan partai politik lebih mengutamakan kepentingan

sendiri dan ketidakmampuan konstituante melaksanakan tugasnya.

Konstituante tidak berhasil menyusun UUD baru guna menggantikan

UUDS. Dengan anggota yang berjumlah 542 orang dan berasal dari

banyak partai menyebabkan konflik dalam badan konstituante sulit

dihindarkan.

Sumber:

30 Tahun Indonesia Merdeka

▲▲

▲▲

Gambar 2.14

Partai-partai peserta pemilu.

IPS SMP Kelas IX

47

Dalam bidang keamanan, terjadi pergolakan yang ditimbulkan oleh

pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan,

dan Sulawesi Selatan serta pemberontakan PRRI dan Permesta.

Pemberontakan-pemberontakan dipicu oleh ketidakpuasan daerah

kepada pemerintah pusat.

Situasi dalam negeri yang semakin tidak menentu mendorong

Presiden Soekarno mengajukan konsepsi yang berisi hal-hal berikut

ini.

a. Sistem demokrasi parlementer secara Barat tidak sesuai dengan

kepribadian Indonesia karena itu harus diganti dengan sistem

demokrasi terpimpin.

b. Untuk melaksanakan demokrasi terpimpin perlu dibentuk Kabinet

Gotong Royong yang anggotanya terdiri atas semua partai atau

organisasi berdasarkan perimbangan kekuatan dalam masyarakat.

c. Pembentukan Dewan Nasional terdiri atas golongan-golongan

fungsional yang bertugas sebagai penasihat kabinet.

Konsepsi tersebut menimbulkan pro dan

kontra antarpartai politik. Dalam suasana pro

dan kontra ini, pada tanggal 25 April 1959

Presiden Soekarno menyampaikan amanat di

depan anggota konstituante, yang berisi

anjuran untuk kembali pada UUD 1945.

Amanat ini menjadi perdebatan di konsti-

tuante sehingga diputuskan untuk diadakan

pemungutan suara. Ternyata, hasil pe-

mungutan suara menunjukkan bahwa kurang

dari 2/3 anggota konstituante menyetujui

untuk kembali pada UUD 1945.

Kegagalan konstituante untuk menyusun

dan menetapkan sebuah UUD serta perdebat-

an-perdebatan di dalamnya, menyebabkan

situasi politik semakin tidak menentu. Kondisi

ini mendorong Presiden Soekarno meng-

ambil langkah yang sebenarnya bertentang-

an dengan undang-undang (

inkonstitusional

).

Pada tanggal 5 Juli 1959 dalam suatu acara

resmi di Istana Merdeka, Presiden Soekarno

mengeluarkan dekrit yang selanjutnya

dikenal sebagai Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Inti dari Dekrit Presiden ini sebagai berikut.

a. Pembubaran konstituante.

b. Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950.

c. Pembentukan MPRS dan DPAS.

Sumber:

30 Tahun Indonesia Merdeka

▲▲

▲▲

Gambar 2.16

Pembacaan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Sumber:

30 Tahun Indonesia Merdeka

▲▲

▲▲

Gambar 2.15

Penghitungan suara di Konstituante.

48

IPS SMP Kelas IX

Dengan dekrit ini, berarti Kabinet Parlementer di bawah pimpinan

Perdana Menteri Djuanda dinyatakan demisioner. Kabinet digantikan

oleh Kabinet Presidensial yang langsung dipimpin oleh Presiden

Soekarno. Dalam perkembangannya, Dekrit Presiden 5 Juli 1959

menjadi tonggak bagi pelaksanaan demokrasi terpimpin di Indonesia.

Pada masa demokrasi terpimpin, Presiden Soekarno mempunyai

kekuasaan yang besar. Bahkan, pada tanggal 5 Maret 1960 Presiden

Soekarno memiliki kemampuan untuk membubarkan DPR hasil

pemilu 1955. Selain itu, melalui Penetapan Presiden No. 2 Tahun

1959, Presiden Soekarno membentuk MPRS yang anggota-anggotanya

diangkat dan diberhentikan oleh presiden.

5. Gangguan Keamanan Dalam Negeri

Sejak memperoleh kedaulatan, bangsa Indonesia banyak meng-

alami pergolakan di daerah. Hal ini dipicu oleh kurang harmonisnya

hubungan pusat-daerah, persaingan ideologis dan masalah sosial-

politik lainnya. Dalam perkembangannya, pergolakan-pergolakan

tersebut mengarah pada gerakan separatis yang berniat memisahkan

diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pergolakan yang terjadi pada umumnya berbentuk gangguan

keamanan berupa pemberontakan-pemberontakan bersenjata. Beberapa

pemberontakan tersebut antara lain Darul Islam/Tentara Islam

Indonesia (DI/TII), Angkatan Perang Ratu Adil (APRA), Republik

Maluku Selatan (RMS), Pemerintahan Revolusioner Republik

Indonesia (PRRI), dan Piagam Perjuangan Semesta (Permesta). Agar

lebih jelas materi tentang gangguan keamanan dalam negeri ini akan

dibahas pada bab VI.

Berdiskusilah dengan kelompokmu mengenai permasalahan berikut ini.

1. Mengapa Belanda membentuk negara-negara boneka?

2. Berikan penjelasan secara singkat proses kembalinya Negara Kesatuan

Republik Indonesia!

3. Apakah dampak pergolakan daerah terhadap keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia?

Presentasikan hasil diskusimu di depan kelas. Beri kesempatan kepada

teman-temanmu untuk memberi tanggapan.

IPS SMP Kelas IX

49

Demikian usaha bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan.

Dengan perjuangan berat pada akhirnya kemerdekaan bangsa berhasil

ditegakkan. Belanda pun mengakui kedaulatan wilayah Indonesia

melalui Konferensi Meja Bundar. Pada awal pengakuan kedaulatan,

banyak terjadi permasalahan terutama dalam bidang politik dan

ekonomi yang harus dihadapi. Bahkan persatuan bangsa pun sempat

terancam. Akan tetapi, seluruh permasalahan tersebut dapat diselesai-

kan. Negara Kesatuan Republik Indonesia pun tetap tegak berdiri.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, bukan berarti perjuangan

telah selesai, bahkan Indonesia harus berhadapan dengan Belanda dalam

upaya mempertahankan kedaulatan bangsa.

1. Faktor penyebab konflik Indonesia-Belanda

a. Keinginan Belanda untuk berkuasa kembali di Indonesia.

b. Adanya dukungan tentara AFNEI terhadap Belanda.

c. Keinginan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan.

2. Untuk meredakan konflik, dilakukan beberapa perundingan sebagai

berikut.

a. Pertemuan Hoge Veluwe

b. Perundingan Linggajati

c. Perundingan Renville

d. Perundingan Roem-Royen

e. Konferensi Meja Bundar

3. Indonesia memperoleh kedaulatan setelah penandatanganan Konferensi

Meja Bundar yang diselenggarakan di Den Haag, Belanda. Pada tanggal

27 Desember 1949 dilakukan penyerahan kedaulatan dari Belanda

kepada RIS.

4. Bentuk negara serikat ternyata tidak sesuai dengan cita-cita bangsa.

Pada tanggal 19 Mei 1950 diadakan konferensi yang dihadiri oleh wakil-

wakil RIS dan RI dengan keputusan inti kembali mewujudkan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

5. Pemilu 1955 merupakan pemilu pertama di Indonesia dan berhasil

dilakukan secara demokratis. Pemilu ini bertujuan memilih anggota DPR

dan konstituante.

6. Anggota konstituante yang tidak mampu menjalankan tugasnya dan

keadaan sosial politik di Indonesia yang tidak menentu, mendorong

Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Dekrit

presiden ini menandai dimulainya era demokrasi terpimpin di Indonesia.

50

IPS SMP Kelas IX

Kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Seluruh bangsa di dunia berhak

untuk memperoleh kemerdekaannya. Untuk mempertahankan hak

kemerdekaan itu, bangsa-bangsa di dunia rela mengorbankan harta, benda,

bahkan nyawa. Hal ini pula yang terjadi di bumi Indonesia. Setelah meraih

kemerdekaannya, bangsa Indonesia bertekad menjaga kemerdekaan yang

telah berhasil diraih itu. Usaha Belanda yang hendak mengingkari

kemerdekaan Indonesia dihadapi dengan semangat rela berkorban hingga

titik darah penghabisan. Pengorbanan ini tidak sia-sia. Bangsa kita pun

terbebas dari bentuk penjajahan. Akankah sekarang kita akan dapat terhindar

dari penjajahan dalam bentuk baru pada era global? Hal ini perlu menjadi

bahan renungan, agar kita dapat tetap merdeka di tengah serbuan penjajahan

budaya pada era global.

A.

Pilihlah jawaban yang tepat!

Bacalah wacana berikut untuk menjawab soal nomor 1–10!

Belanda Akhirnya Mengakui Kemerdekaan Indonesia

17 Agustus 1945

Setelah berpuluh tahun mengingkari Proklamasi Kemerdekaan RI

pada 17 Agustus 1945, pemerintah Kerajaan Belanda akhirnya secara

politik dan moral menerima bahwa kemerdekaan Indonesia diraih pada

tanggal 17 Agustus 1945. Pada awalnya Belanda mengakui kemerdekaan

Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Pengakuan ini dilakukan

ketika

soevereiniteitsoverdracht

(penyerahan kedaulatan) ditandatangani

di Istana Dam, Amsterdam. Di Belanda selama ini juga ada kekhawatiran

bahwa mengakui Indonesia merdeka pada tahun 1945 sama saja

mengakui tindakan

politionale acties

(agresi militer) pada 1945–1949

adalah ilegal.

Sebenarnya, Ratu Beatrix sempat ingin menghadiri peringatan

Dirgahayu ke-50 RI pada tahun 1995. Namun, keinginan ini ditentang

PM Wim Kok. Akhirnya, Beatrix terpaksa mampir di Singapura dan baru

memasuki Indonesia beberapa hari setelah hari proklamasi.

Pada peringatan proklamasi 17 Agustus 2005, Menlu Belanda ingin

datang, tetapi Indonesia tidak mengundang. Niatan Menteri Luar Negeri

Belanda saat itu, Bernard Rudolf Bot menghadiri perayaan Dirgahayu

Republik Indonesia ke-60 di Jakarta ditanggapi dingin. Pemerintah

Indonesia tidak berinisiatif mengundang Bot. Jika inisiatif datang dari

Belanda, barulah Indonesia mengirim undangan.

IPS SMP Kelas IX

51

Menurut Menteri Hukum Indonesia saat itu Yusril Ihza Mahendra,

bila pemerintah Belanda yang diwakilkan Bot ingin hadir, pemerintah

Indonesia akan mengirimkan nota. ”Kalau sudah disepakati dan ada

jawaban, baru dikirim undangan ke sana,” jelas pakar hukum tata negara

ini. Menlu Bot telah mengungkapkan niatnya untuk hadir dalam perayaan

Dirgahayu ke-60 RI di Jakarta. Jika terealisasi, langkah Bot ini mendobrak

tabu dan merupakan yang pertama kali dalam sejarah.

Menlu Bot menegaskan, kehadirannya nanti pada upacara Dirgahayu

RI ke-60 dapat dilihat sebagai penerimaan politik dan moral bahwa

Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Atas nama Belanda, ia juga

akan meminta maaf. Bot secara eksplisit mengungkapkan bahwa sikap

dan langkahnya tersebut telah mendapat dukungan kabinet. Pengakuan

secara resmi soal kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945

selama ini sulit diterima para veteran, sebab mereka ketika itu setelah

tanggal tersebut dikerahkan untuk melakukan agresi militer. Baru

kemudian pada 27 Desember 1949 penyerahan kedaulatan dari Belanda

ke Indonesia secara resmi ditandatangani.

Menurut menteri yang lahir pada 21 November 1937 di Batavia

(kini Jakarta), itu sikap menerima tanggal kemerdekaan Indonesia pada

17 Agustus 1945 dalam pengertian moral juga berarti bahwa dirinya

ikut mendukung ungkapan penyesalan mengenai perpisahan Indonesia-

Belanda yang menyakitkan dan penuh kekerasan. ”Hampir enam ribu

militer Belanda gugur dalam pertempuran, banyak yang cacat atau

menjadi korban trauma psikologis. Akibat pengerahan militer skala besar-

besaran, negeri kita juga sepertinya berdiri pada sisi sejarah yang salah.

Ini sungguh kurang mengenakkan bagi pihak-pihak yang terlibat,” tandas

Bot.

Berlikunya pengakuan seputar tanggal kemerdekaan dan hubungan

Belanda-Indonesia itu seperti orang mendaki gunung. ”Baru setelah

seseorang berdiri di puncak gunung, orang dapat melihat mana jalan

tersederhana dan tersingkat untuk menuju ke puncak. Hal seperti itu

juga berlaku bagi mereka yang terlibat pengambilan keputusan pada

tahun 40-an. Baru belakangan terlihat bahwa perpisahan Indonesia-

Belanda terlalu berlarut-larut dan dengan diiringi banyak kekerasan militer

melebihi seharusnya. Oleh karena itu, saya atas nama pemerintah

Belanda akan menyampaikan permohonan maaf di Jakarta,” tekad Bot.

Saat ditanya apakah dengan menerima penyesalan dari pemerintah

Belanda berarti Indonesia memaafkan kejahatan Belanda semasa

penjajahan dahulu, Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda tidak

membenarkan dan tidak membantahnya, ”Kita sudah dengar sendiri

dari Menlu Bot. Ini adalah pernyataan yang sensitif. Di Belanda pun

untuk menyatakan penyesalan ini menjadi perdebatan sejumlah pihak.

Kita harus menghargai sikap Belanda,” tutur Hassan.

Sumber:

www. wikipedia.org

52

IPS SMP Kelas IX

1. Alasan Belanda tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia

tanggal 17 Agustus 1945 adalah . . . .

a. Belanda enggan mengakui tindakan agresi militer pada

1945–1949 adalah ilegal

b. Belanda enggan mengembalikan kekayaan alam yang telah

diambil dari bumi Indonesia

c. Indonesia memang belum merdeka tanggal 17 Agustus 1945

d. Indonesia belum mendapatkan izin dari Belanda untuk

memproklamasikan kemerdekaannya

2. Pada peringatan proklamasi 17 Agustus 2005 pemerintah

Indonesia tidak memberi undangan kepada pemerintah

Belanda untuk datang ke Indonesia. Hal ini disebabkan . . . .

a. pemerintah Indonesia belum memaafkan pemerintah

Belanda

b. jika inisiatif datang dari Belanda, barulah Indonesia

mengirim undangan

c. kekejaman penjajahan Belanda belum dapat dilupakan

d. pemerintah Indonesia menghendaki Belanda meminta

maaf kepada bangsa Indonesia

3. Pihak yang paling sulit menerima pengakuan kemerdekaan

Indonesia secara resmi dari Belanda adalah . . . .

a. Ratu Beatrix

b. Ratu Juliana

c. Bernard Rudolf Bot

d. kaum veteran perang Belanda

4. Kedatangan pasukan Sekutu pada akhirnya disambut dengan

perlawanan oleh rakyat Indonesia karena . . . .

a. membantu pasukan Jepang

b. mengubah pemerintahan RI

c. membawa pasukan NICA

d. melucuti tentara Jepang

5. Kedatangan Menteri Luar Negeri Belanda dalam perayaan

kemerdekaan Indonesia pada mulanya dianggap tabu oleh

pemerintah Belanda karena . . . .

a. sebelumnya pemerintah Belanda menentang perayaan

kemerdekaan Indonesia

b. pemerintah Belanda tidak akan pernah mengakui ke-

merdekaan Indonesia

c. kedatangan Bot tidak diharapkan Belanda

d. kehadiran Bot dapat dilihat sebagai penerimaan politik dan

moral bahwa Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945

IPS SMP Kelas IX

53

6. Ratu Beatrix sebenarnya sempat ingin menghadiri peringatan

Dirgahayu ke-50 RI pada tahun 1995, tetapi keinginan ini gagal

karena . . . .

a. ditentang PM Wim Kok

b. Ratu Beatrix memilih singgah di Singapura

c. masih memandang tabu berkunjung di Indonesia

d. ditentang oleh rakyat Belanda

7.

Soevereiniteitsoverdracht

(penyerahan kedaulatan) dari

Belanda kepada Indonesia ditandatangani di Istana Dam,

Amsterdam. Pada saat itu Indonesia diwakili oleh . . . .

a. Ir. Soekarno

b. Sutan Sjahrir

c. Drs. Moh. Hatta

d. Sri Sultan Hamengkubuwono IX

8. Agresi Militer Belanda II terjadi setelah Indonesia dan Belanda

melangsungkan perundingan . . . .

a. Renville

c. K

alijati

b. Linggajati

d. Roem-Royen

9. ”Akibat pengerahan militer skala besar-besaran dalam agresi

militer, negeri kami berdiri pada sisi sejarah yang salah. Ini

sungguh kurang mengenakkan bagi pihak-pihak yang terlibat.”

Ucapan Bot ini menunjukkan . . . .

a. penyesalan pemerintah Belanda terhadap penjajahan

mereka di Indonesia

b. pengakuan bahwa agresi militer Belanda merupakan

tindakan yang salah

c. permintaan maaf Belanda terhadap kebijakannya dahulu

d. pengakuan Belanda telah menjajah Indonesia

10. Penyerahan kedaulatan Indonesia dilaksanakan setelah

berlangsung . . . .

a. Kapitulasi Kalijati

c. Perjanjian Roem-Royen

b. Perjanjian Renville

d. Konferensi Meja Bundar

11. Untuk mengatasi krisis ekonomi, Kabinet Soekiman menjalan-

kan kebijakan nasionalisasi

De Javasche Bank

menjadi . . . .

a. Bank Central Asia

c. Bank Rakyat Indonesia

b. Bank Indonesia

d. Bank Nasional Indonesia

12. Tujuan pemberlakuan kebijakan Gerakan Benteng adalah . . . .

a. mendorong berkembangnya pertanian

b. melindungi pengusaha-pengusaha pribumi

c. mendirikan benteng-benteng pertahanan

d. menasionalisasi benteng milik Belanda

54

IPS SMP Kelas IX

13. Pemilu tahun 1955 bertujuan untuk memilih . . . .

a. presiden dan wakil presiden

b. presiden dan perdana menteri

c. konstituante dan DPR

d. MPR dan DPR

14. Penyelenggara pemilu 1955 adalah Kabinet . . . .

a. Burhanuddin Harahap c. Djuanda

b. Ali Sastroamidjojo

d. Sutan Sjahrir

15. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 merupakan awal dari periode . . . .

a. demokrasi liberal

c. demokrasi terpimpin

b. demokrasi parlementer d. demokrasi Pancasila

16. Berikut ini yang termasuk isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959

adalah . . . .

a. pembubaran kabinet

c. pembubaran konstituante

b. pembentukan kabinet

d. pembentukan konstituante

17. Pemicu terjadinya pemberontakan DI/TII di Jawa Barat adalah

. . . .

a. hasil kesepakatan perjanjian Renville

b. kurang diperhatikannya para pejuang kemerdekaan

c. munculnya golongan oposisi

d. dukungan terhadap bentuk negara federalis

18. Penghentian konflik secara musyawarah berhasil dilaksana-

kan dalam peristiwa pemberontakan . . . .

a. DI/TII di Aceh

c. APRA

b. PRRI/Permesta

d. RMS

19. Pemimpin pemberontakan APRA adalah . . . .

a. Westerling

c.

Achmad Husein

b. Daud Beurueh

d. Amir Syarifuddin

20. Pemberontakan PRRI dapat ditumpas melalui . . . .

a. Operasi 17 Agustus

c. Gerakan 17 Agustus

b. Gerakan Benteng

d. Operasi Saptamarga

B.

Jawablah pertanyaan dengan tepat!

1. Jelaskan faktor penyebab konflik Indonesia-Belanda pasca

proklamasi kemerdekaan!

2. Jelaskan peran PBB dalam meredakan konflik Indonesia-

Belanda!

3. Apakah pemicu terjadinya Agresi Militer Belanda I?

4. Mengapa rakyat Indonesia lebih memilih kembali ke bentuk

negara kesatuan?

5. Apakah dampak dari dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli

1959?